Tinjauan Hukum Newton dalam Atemi No Go Yoso sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Serangan zuki bagi Atlet Randori Kempo
Disusun oleh:
Pendidikan Fisika/FMIPA
Universitas Negeri Semarang 2010
Abstrak: Tinjauan Hukum Newton dalam Atemi No go yoso sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Serangan zuki bagi Atlet Randori Kempo
Artikel ini berisi pembahasan terkait ilmu fisika dalam kehidupan sehari hari. Sebagai ilmu yang luas cakupannya, fisika tidak hanya menyoal angka dan rumus rumus yang rumit. Pada artikel ini contohnya dibahas keterkaitan antara fisika dan olahraga. Kempo sebagai salah satu jenis olahraga beladiri sudah menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di berbagai event kejuaraan, baik lokal, nasional, maupun internasional. Dua nomor yang dipertandingkan dalam beladiri ini adalah randori dan embu. Pada nomor randori atau pertarungan bebas, atlet diwajibkan mendapatkan point nilai dengan cara melakukan serangan (baik chuki maupun geri ke daerah aman). Sayangnya pada berbagai event kejuaraan, serangan yang lebih banyak digunakan berupa geri atau tendangan. zuki atau pukulan sendiri hanya menjadi variasi. Padahal jika atlet mampu melakukan chuki secara sempurna, point ippon akan langsung didapat, dan atlet langsung dinyatakan menang. Atemi No Go Yoso (lima prinsip serangan) adalah indikator–indikator yang mutlak harus dipenuhi untuk menghasilkan chuki yang berkualitas. Karena itulah pembahasan mengenai prinsip ini harus dibahas dan dijelaskan secara logis. Peninjauan berdasar ilmu pengetahuan akan menjadikan tiap element (pelatih, pegiat, pemerhati, dan atlet itu sendiri) lebih berkembang, baik dalam menemukan metode latihan yang tepat, maupun berkreativitas dalam merancang taktik serangan.
Kata Kunci: Hukum Newton dan atemi nogoyoso, chuki, cara menghasilkan chuki berkualitas
A. Pendahuluan
Fisika adalah ilmu tentang alam. Fisika mengkaji berbagai hal di alam dari berbagai dimensi ruang dan waktu. Obyek yang dipelajari mulai dari partikel kecil yang menyusun materi hingga alam semesta ini. Pada perkembangannya, fisika terbagi dalam dua periode besar. Fisika klasik dan fisika modern. Jika pada fisika modern, Albert Einstein hadir dan memperkenalkan konsep relativitas, pada fisika klasik Newton adalah ilmuwan yang paling berperan dalam perkembangan fisika saat itu. Newtonlah yang kemudian mengemukakan tiga hukum tentang gerak.
Kempo sebagai beladiri tertua di dunia dipilih karena memiliki aspek historis yang menarik. Disamping itu teknik beladiri ini terbilang lengkap, mencakup teknik lunak (kuncian, lipatan, bantingan) dan teknik keras (pukulan dan tendangan). Para kenshi atau anggota kempo, harus memahami benar sejarah, falsafah, dan prinsip prinsip kempo. Atemi no go yoso sebagai syarat serangan berkualitas seringkali diabaikan. Bahkan acapkali dijumpai atlet yang tak memahami ke lima prinsip tersebut. Padahal upaya untuk menyerempakkan kelima prinsip tersebut dalam satu momen membutuhkan latihan yang tidak mudah.
Penulisan artikel ini mengkaitkan dua bidang keilmuan (fisika dan olahraga), dengan tujuan agar fisika tidak hanya dipahami sebagai ilmu tentang angka dan rumus rumus. Fisika begitu dekat dan nyata dalam kehidupan sehari hari. Disisi lain olahraga juga bukan “sekedar olahraga”. Tetapi juga “olahpikir” dan latihan mental. Olahraga membutuhkan fisika untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, sedang fisika membutuhkan olahraga sebagai eksperimen, guna memperdalam dan memperluas keilmuannya.
Diharapkan penulisan artikel ini tidak hanya untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia, tapi juga dapat bermanfaat bagi para atlet, kenshi, dan fisikawan pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya.
B. Isi
1. Hukum Newton dan Atemi Nogoyoso
Isaac Newton yang lahir pada 4 januari 1643, mengemukakan 3 hukum tentang gerak. Ketiga hukum tersebut adalah sebagai berikut:
Hukum I Newton : sebuah benda tetap pada keadaan awalnya yang diam atau bergerak dengan kecepatan sama kecuali ia dipengaruhi oleh suatu gaya tidak seimbang atau gaya eksternal neto
Hukum II Newton : percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya dan sebanding dengan gaya eksternal netto yang bekerja padanya
Hukum III Newton : gaya gaya selalu terjadi berpasangan. Jika benda A memberikan gaya pada benda B, gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan diberikan oleh benda B pada benda A.
Atemi No go yoso adalah Lima syarat / unsur serangan, mencakup KYU SHO ( Titik Kelemahan ), MA AI ( Jarak), KAKU DO ( Sudut Sasaran ), SHYOKU DO ( Kecepatan Serangan ), dan KYO JITSU ( Kebulatan Hati )
2. Chuki
Chuki/ pukulan antara satu beladiri, dengan beladiri lain berbeda bentuk dan caranya. Pada karate misalnya, posisi tangan saat kuda kuda, berada di pinggang dan telapak tangan (bagian putih) menghadap ke atas. Ketika melakukan serangan, tangan diputar sehingga ketika memukul lawan posisi telapak tangan menghadap ke bawah sedang punggung tangan menghadap ke atas. bahu/pundak berada dalam posisi tetap/tidak berubah ketika melakukan serangan.
Pada kempo sendiri, posisi tangan pada saat kuda kuda, menutupi tulang rusuk, sedikit menjorok ke depan sehingga melindungi daerah pinggang, perut, dan dada. Kepalan tangan tidak menghadap ke atas atau ke bawah (bagian putih/ telapak tangan berada di sisi dalam sedang punggung tangan di sisi luar). Ketika melakukan serangan, bahu mengikuti pergerakan kepalan tangan. Perputaran bahu ini disebut furiko atau gerakan anak lonceng berfungsi untuk menghindar ketika ada serangan lawan, selain memaksimalkan jangkauan jarak serang. Kepalan tangan lurus ke target serang, tanpa diputar atau “dikokang” terlebih dahulu sehingga pukulan lebih efektif dan tepat sasaran.
Berdasarkan arah serangnya, pukulan dalam kempo terbagi 3, yaitu pukulan atas, pukulan tengah, dan pukulan bawah. Artikel ini membatasi pembahasan hanya pada pukulan atas, dengan sasaran leher dan kepala. Pada peraturan randori, seorang atlet akan mendapat point waza ari (5), jika serangan yang dilakukannya, baik chuki/ geri, tidak berhasil ditangkis lawan. Sedangkan point ippon (10), akan didapat atlet apabila mampu menghasilkan serangan berkualitas/ sempurna, sebagai contoh: mampu memukul lawan, hingga jatuh dengan syarat atemi no go yoso terpenuhi.
3. Cara Menghasilkan Chuki Berkualitas
Di berbagai pertandingan/ kejuaraan acapkali dijumpai atlet hanya mengandalkan geri sebgai serangannya. Chuki hanya menjadi pelengkap, variasi, atau tipuan dalam rangkaian serangan. Dapat dijumpai juga beberapa atlet yang kurang maksimal dalam melakukan chuki, sehingga tidak mendapatkan point dari chuki tersebut. Karenanya para atlet harus sungguh sungguh memahami dan mempraktekkan atemi no go yoso.
Atemi no go yoso ini tentunya sangat erat kaitannya dengan ilmu fisika, khususnya hukum tentang gerak yang dikemukakan newton. Berikut diuraikan keterkaitannya satu persatu:
a. Kyu sho/titik kelemahan
Setidaknya terdapat 138 titik kelemahan dalam tubuh manusia. Pada nomor randori, yang selalu menggunakan hand gloves, chuki ditargetkan mengenai bagian rahang untuk merusak keseimbangan, atau bagian mata/kening untuk menggangu konsentrasi, atau juga bagian hidung untuk menjatuhkan mental lawan.
Setidaknya terdapat dua tipe atlet/ pemain randori. Tipe agresif yang selalu menyerang dan bergerak, dan tipe konter yang cenderung diam. Tipe konter ini sesuai dengan hokum I Newton tentang kelembaman, yang menyatakan bahwa benda yang diam cenderung malas. Jika benda yang diam ini dimisalkan A, benda A akan selalu diam sepanjang tidak ada gaya yang mengenainya. Jadi sepanjang pemain lawan, dimisalkan B tidak melakukan serangan, A tetap akan diam. A baru akan bergerak/ menyerang, sepanjang ada serangan mula mula dari B kepada A.
b. Ma ai/jarak
Jarak menjadi hal yang juga penting, baik dalam fisika, maupun randori itu sendiri. Seorang atlet harus mengetahui jangkauan jarak pukul yang dimilikinya, hal ini berkaitan dengan gaya yang dilakukan sehingga menghasilkan energy optimum, ketika mencapai titik target. Hukum II Newton, yang diringkas dalam F = m.a, membuktikan bahwa besar gaya juga dipengaruhi oleh jarak. Percepatan yang disimbolkan “a” adalah turunan kecepatan terhadap waktu. Sedang kecepatan, seperti yang kita ketahui adalah hasil bagi rentang jarak terhadap waktu. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar rentang jarak atau jangkauan yang dimiliki atlet, semakin besar pula gaya yang dimilikinya. Karena jangkauan yang dimiliki atlet berbeda beda, pada setiap titik (posisi target yang akan diserang) memiliki gaya dan hasilan energy yang berbeda beda pula.
c. Kaku do/sudut sasaran
Seorang atlet dapat menyerang atlet lain disesuailkan dengan sudut serangan yang dilakukan oleh atlet A. Atlet A menyerang dengan menggunakan kepalan tangan dengan sudut tertentu sehingga dapat merobohkan lawan. Maka gaya yang diberikan oleh atlet A untuk menyerang atlet B berbanding lurus dengan percepatan ketika atlet B jatuh. Penjelasan ini sesuai dengan pernyataan pada Hukum Newton II yakni Hukum Percepatan yang menyebutkan bahwa Percepatan suatu benda karena suatu gaya berbanding lurus dengan gaya penyababnya.
d. Shyoku do/ Kecepatan Serangan
Semakin cepat serangan, semakin baik hasil yang didapatkan. Prinsip kecepatan ini seringkali mengagetkan kita dalam berbagai peristiwa, contohnya sumpit yang patah karena sabetan gulungan kertas. Hal ini menggambarkan, makin kecil waktu yang dipergunakan dalam melakukan serangan, semakin besar kecepatan yang kita miliki, sehingga makin besar pula gaya dan energi yang dihasilkan dari gaya tersebut.
e. Kyo jitsu/ kebulatan tekad
Hal ini mencakup mental, sebgai awal atau akar timbulnya serangan, sekaligus hal mutlak yang diperlukan dalam melakukan serangan. Awalan yang berupa niat, untuk melakukan serangan harus didasari kebulatan tekad, fokus, dan semangat. Keragu raguan, kelengahan, atau rusak konsentrasi akan berakibat fatal pada pertandingan. Disamping tenaga yang dikeluarkan akan sia sia, karena serangan terbaca lawan, sikap keragu raguan juga mampu memperbesar peluang terjadinya cidera.
Untuk menghasilkan chuki yang berkualitas/sempurna sehingga mendapatkan nilai ippon, atlet harus memahami secara benar atemi no go yoso. Memahami disini tidak bisa dilakukan hanya dengan meninjau, dan melogikanya ke dalam ilmu pasti, tetapi juga dengan latihan rutin, agar tubuh terbiasa dan nantinya dapat dengan serempak melakukan ke 5 prinsip tersebut dalam satu momen pukulan. Alternatif latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dengan menggunakan hukum Newton, beberapa latihan yang mungkin dilakukan diantaranya:
a. lari dan lompat–lompat untuk ketahanan fisik dalam randori itu sendiri, sedang untuk melatih kekuatan tangan/pukulan dilakukan latihan beban ( bisa juga menarik tali/karet yang diikatkan pada tali, secara teratur dengan gerakan memukul ke depan dengan posisi tali/karet yang menegang; dipantheng istilah jawa). Latihan ini memanfaatkan hokum III Newton, aksi reaksi. Makin besar gaya tari kedepan, makin besar pula gaya kembali tali kebelakang.
b. Latihan kecepatan pukulan, dengan metode waktu (pada waktu tertentu, atlet melakukan pukulan sebanyak banyaknya, pada set atau latihan selanjutnya waktu tetap namun banyaknya pukulan harus bertambah)
c. Latihan refleks, selain yang berperan adalah kecepatan/hukum II Newton, hukum I, dan III pun juga digunakan. Contohnya: dalam posisi diam, atlet dilempari bola, oleh rekan latihannya. Atlet dilarang bergeser/berpindah dari posisinya semula. Bagian tubuh yang boleh bergerak hanya perut ke atas. Latihan refleks juga dapat dilakukan berpasangan. Atlet A melakukan chuki ke arah muka, dan atlet B berusaha secepat kilat menghindari pukulan lawan dan membalasnya dengan pukulan pula.
d. Latihan Ketepatan, ketepatan dalam chuki memegang peranan penting. Selain harus mengenai titik kelemahan, chuki juga harus dihasilkan pada sudut yang sesuai. Latihan yang dapat diberkian untuk melatih ketepatan, adalah dengan menggunaan target latihan. Rekan atlet menggerakkan kotak target ke kanan dan ke kiri, secara cepat. Atlet harus bisa melancarkan pukulan ke arah kotak target tersebut.
e. Latihan mental, dilakukan dengan berbagai cara. Untuk melatih konsentrasi berbagai latihan dapat dilakukan atlet, latihan pernapasan dengan menarik nafas ketika akan melakukan serangan, menyimpan di perut dan menghembuskannya ketika melancarkan pukulan, disertai teriakan. Atau dengan semedi/yoga/dzikir untuk memfokuskan pikiran dan berlatih mengendalikan emosi.
C. Penutup
Fisika memiliki banyak peran dan manfaat dalam kehidupan. Setiap orang hampir selalu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan fisika. Sayangnya stigma yang terbentuk dalam masyarakat selama ini hanya memandang fisika sebagai fisika. Fisika sebagai ilmu yang sulit dipelajari, menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar orang.
Di sisi lain, olahraga khususnya beladiri, juga acapkali dipandang hanya olahraga, atau hanya beladiri. Padahal di dalam olahraga itu sendiri terkandung banyak hal, terkait juga ilmu alam, mental dan pembentukan watak dan kepribadian, serta religiusitas
Untuk menghasilkan pukulan yang berkualitas, seseorang harus menguasai prinsip prinsip dalam melakukan serangan. Latihan rutin dan terus menerus adalah solusi untuk mendapatkan hasil maksimal tersebut.
Dalam permasalahan ini, atlet sebagai orang orang yang memiliki kemauan kuat untuk meraih prestasi dan mengharumkan nama bangsa, ataupun para pembelajar bidang fisika, calon calon fisikawan, hendaknya tidak hanya mendengar pelatih/ guru/ dosen dan melakukan apa yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi juga melakukan eksplorasi dan pengkajian lebih dalam untuk memantapkan bidang keilmuan yang digeluti.
Daftar Pustaka
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga
PB Perkemi Pusat.1990. Buku Pelajaran Kyu III. Jakarta: perkemi press