Jumat, 25 November 2011

hukum newton dan kualitas serangan zuki


Tinjauan Hukum Newton dalam Atemi No Go Yoso sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Serangan zuki bagi Atlet Randori Kempo

Disusun oleh:
Pendidikan Fisika/FMIPA
Universitas Negeri Semarang 2010


Abstrak: Tinjauan Hukum Newton dalam Atemi No go yoso sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Serangan zuki bagi Atlet Randori Kempo
Artikel ini berisi pembahasan terkait ilmu fisika dalam kehidupan sehari hari. Sebagai ilmu yang luas cakupannya, fisika tidak hanya menyoal angka dan rumus rumus yang rumit. Pada artikel ini contohnya dibahas keterkaitan antara fisika dan olahraga. Kempo sebagai salah satu jenis olahraga beladiri sudah menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di berbagai event kejuaraan, baik lokal, nasional, maupun internasional. Dua nomor yang dipertandingkan dalam beladiri ini adalah randori dan embu. Pada nomor randori atau pertarungan bebas, atlet diwajibkan mendapatkan point nilai dengan cara melakukan serangan (baik chuki maupun geri ke daerah aman). Sayangnya pada berbagai event kejuaraan, serangan yang lebih banyak digunakan berupa geri atau tendangan. zuki atau pukulan sendiri hanya menjadi variasi. Padahal jika atlet mampu melakukan chuki secara sempurna, point ippon akan langsung didapat, dan atlet langsung dinyatakan menang. Atemi No Go Yoso (lima prinsip serangan) adalah indikator–indikator yang mutlak harus dipenuhi untuk menghasilkan chuki yang berkualitas. Karena itulah pembahasan mengenai prinsip ini harus dibahas dan dijelaskan secara logis. Peninjauan berdasar ilmu pengetahuan akan menjadikan tiap element (pelatih, pegiat, pemerhati, dan atlet itu sendiri) lebih berkembang, baik dalam menemukan metode latihan yang tepat, maupun berkreativitas dalam merancang taktik serangan.
Kata Kunci: Hukum Newton dan atemi nogoyoso, chuki, cara menghasilkan chuki berkualitas
A.   Pendahuluan
Fisika adalah ilmu tentang alam. Fisika mengkaji berbagai hal di alam dari berbagai dimensi ruang dan waktu. Obyek yang dipelajari mulai dari partikel kecil yang menyusun materi hingga alam semesta ini. Pada perkembangannya, fisika terbagi dalam dua periode besar. Fisika klasik dan fisika modern. Jika pada fisika modern, Albert Einstein hadir dan memperkenalkan konsep relativitas, pada fisika klasik Newton adalah ilmuwan yang paling berperan dalam perkembangan fisika saat itu. Newtonlah yang kemudian mengemukakan tiga hukum tentang gerak.

Kempo sebagai beladiri tertua di dunia dipilih karena memiliki aspek historis yang menarik. Disamping itu teknik beladiri ini terbilang lengkap, mencakup teknik lunak (kuncian, lipatan, bantingan) dan teknik keras (pukulan dan tendangan). Para kenshi atau anggota kempo, harus memahami benar sejarah, falsafah, dan prinsip prinsip kempo. Atemi no go yoso sebagai syarat serangan berkualitas seringkali diabaikan. Bahkan acapkali dijumpai atlet yang tak memahami ke lima prinsip tersebut. Padahal upaya untuk menyerempakkan kelima prinsip tersebut dalam satu momen membutuhkan latihan yang tidak mudah.
Penulisan artikel ini mengkaitkan dua bidang keilmuan (fisika dan olahraga), dengan tujuan agar fisika tidak hanya dipahami sebagai ilmu tentang angka dan rumus rumus. Fisika begitu dekat dan nyata dalam kehidupan sehari hari. Disisi lain olahraga juga bukan “sekedar olahraga”. Tetapi juga “olahpikir” dan latihan mental. Olahraga membutuhkan fisika untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, sedang fisika membutuhkan olahraga sebagai eksperimen, guna memperdalam dan memperluas keilmuannya.
Diharapkan penulisan artikel ini tidak hanya untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia, tapi juga dapat bermanfaat bagi para atlet, kenshi, dan fisikawan  pada khususnya, serta  masyarakat pada umumnya.

B.  Isi
1.      Hukum Newton dan Atemi Nogoyoso
Isaac Newton yang lahir pada 4 januari 1643, mengemukakan 3 hukum tentang gerak. Ketiga hukum tersebut adalah sebagai berikut:
Hukum I Newton        : sebuah benda tetap pada keadaan awalnya yang diam atau bergerak dengan kecepatan sama kecuali ia dipengaruhi oleh suatu gaya tidak seimbang atau gaya eksternal neto
Hukum II Newton      : percepatan sebuah benda berbanding terbalik dengan massanya dan sebanding dengan gaya eksternal netto yang bekerja padanya
Hukum III Newton     :  gaya gaya selalu terjadi berpasangan. Jika benda A memberikan gaya pada benda B, gaya yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan diberikan oleh benda B pada benda A.

Atemi No go yoso adalah Lima syarat / unsur serangan, mencakup KYU SHO ( Titik Kelemahan ), MA AI ( Jarak), KAKU DO ( Sudut Sasaran ), SHYOKU DO ( Kecepatan Serangan ), dan KYO JITSU ( Kebulatan Hati )

2.      Chuki
Chuki/ pukulan antara satu beladiri, dengan beladiri lain berbeda bentuk dan caranya. Pada karate misalnya, posisi tangan saat kuda kuda, berada di pinggang dan telapak tangan (bagian putih) menghadap ke atas. Ketika melakukan serangan, tangan diputar sehingga ketika memukul lawan posisi telapak tangan menghadap ke bawah sedang punggung tangan menghadap ke atas. bahu/pundak berada dalam posisi tetap/tidak berubah ketika melakukan serangan.

Pada kempo sendiri, posisi tangan pada saat kuda kuda, menutupi tulang rusuk, sedikit menjorok ke depan sehingga melindungi daerah pinggang, perut, dan dada. Kepalan tangan tidak menghadap ke atas atau ke bawah (bagian putih/ telapak tangan berada di sisi dalam sedang punggung tangan di sisi luar). Ketika melakukan serangan, bahu mengikuti pergerakan kepalan tangan. Perputaran bahu ini disebut furiko atau gerakan anak lonceng berfungsi untuk menghindar ketika ada serangan lawan, selain memaksimalkan jangkauan jarak serang. Kepalan tangan lurus ke target serang, tanpa diputar atau “dikokang” terlebih dahulu sehingga pukulan lebih efektif dan tepat sasaran.

Berdasarkan arah serangnya, pukulan dalam kempo terbagi 3, yaitu pukulan atas, pukulan tengah, dan pukulan bawah. Artikel ini membatasi pembahasan hanya pada pukulan atas, dengan sasaran leher dan kepala. Pada peraturan randori, seorang atlet akan mendapat point waza ari (5), jika serangan yang dilakukannya, baik chuki/ geri, tidak berhasil ditangkis lawan. Sedangkan point ippon (10), akan didapat atlet apabila mampu menghasilkan serangan berkualitas/ sempurna, sebagai contoh: mampu memukul lawan, hingga jatuh dengan syarat atemi no go yoso terpenuhi.

3.      Cara Menghasilkan Chuki Berkualitas
Di berbagai pertandingan/ kejuaraan acapkali dijumpai atlet hanya mengandalkan geri sebgai serangannya. Chuki hanya menjadi pelengkap, variasi, atau tipuan dalam rangkaian serangan. Dapat dijumpai juga beberapa atlet yang kurang maksimal dalam melakukan chuki, sehingga tidak mendapatkan point dari chuki tersebut. Karenanya para atlet harus sungguh sungguh memahami dan mempraktekkan atemi no go yoso.

Atemi no go yoso ini tentunya sangat erat kaitannya dengan ilmu fisika, khususnya hukum tentang gerak yang dikemukakan newton. Berikut diuraikan keterkaitannya satu persatu:
a.      Kyu sho/titik kelemahan
Setidaknya terdapat 138 titik kelemahan dalam tubuh manusia. Pada nomor randori, yang selalu menggunakan hand gloves, chuki ditargetkan mengenai bagian rahang untuk merusak keseimbangan, atau bagian mata/kening untuk menggangu konsentrasi, atau juga bagian hidung untuk menjatuhkan mental lawan.

Setidaknya terdapat dua  tipe atlet/ pemain randori. Tipe agresif yang selalu menyerang dan bergerak, dan tipe konter yang cenderung diam. Tipe konter ini sesuai dengan hokum I Newton tentang kelembaman, yang menyatakan bahwa benda yang diam cenderung malas. Jika benda yang diam ini dimisalkan A, benda A akan selalu diam sepanjang tidak ada gaya yang mengenainya. Jadi sepanjang pemain lawan, dimisalkan B tidak melakukan serangan, A tetap akan diam. A baru akan bergerak/ menyerang, sepanjang ada serangan mula mula dari B kepada A.

b.      Ma ai/jarak
Jarak menjadi hal yang juga penting, baik dalam fisika, maupun randori itu sendiri. Seorang atlet harus mengetahui jangkauan jarak pukul yang dimilikinya, hal ini berkaitan dengan gaya yang dilakukan sehingga menghasilkan energy optimum, ketika mencapai titik target. Hukum II Newton, yang diringkas dalam F = m.a, membuktikan bahwa besar gaya juga dipengaruhi oleh jarak. Percepatan yang disimbolkan “a” adalah turunan kecepatan terhadap waktu. Sedang kecepatan, seperti yang kita ketahui adalah hasil bagi rentang jarak terhadap waktu. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa semakin besar rentang jarak atau jangkauan yang dimiliki atlet, semakin besar pula gaya yang dimilikinya. Karena jangkauan yang dimiliki atlet berbeda beda, pada setiap titik (posisi target yang akan diserang) memiliki gaya dan hasilan energy yang berbeda beda pula.

c.       Kaku do/sudut sasaran
Seorang atlet dapat menyerang atlet lain disesuailkan dengan sudut serangan yang dilakukan oleh atlet A. Atlet A menyerang dengan menggunakan kepalan tangan dengan sudut tertentu sehingga dapat merobohkan lawan. Maka gaya yang diberikan oleh atlet A untuk menyerang atlet B berbanding lurus dengan percepatan ketika atlet B jatuh. Penjelasan ini sesuai dengan pernyataan pada Hukum Newton II yakni Hukum Percepatan yang menyebutkan bahwa Percepatan suatu benda karena suatu gaya berbanding lurus dengan gaya penyababnya.

d.      Shyoku do/ Kecepatan Serangan
Semakin cepat serangan, semakin baik hasil yang didapatkan. Prinsip kecepatan ini seringkali mengagetkan kita dalam berbagai peristiwa, contohnya sumpit yang patah karena sabetan gulungan kertas. Hal ini menggambarkan, makin kecil waktu yang dipergunakan dalam melakukan serangan, semakin besar kecepatan yang kita miliki, sehingga makin besar pula gaya dan energi yang dihasilkan dari gaya tersebut.

e.       Kyo jitsu/ kebulatan tekad
Hal ini mencakup mental, sebgai awal atau akar timbulnya serangan, sekaligus hal mutlak yang diperlukan dalam melakukan serangan. Awalan yang berupa niat, untuk melakukan serangan harus didasari kebulatan tekad, fokus, dan semangat. Keragu raguan, kelengahan, atau rusak konsentrasi akan berakibat fatal pada pertandingan. Disamping tenaga yang dikeluarkan akan sia sia, karena serangan terbaca lawan, sikap keragu raguan juga mampu memperbesar peluang terjadinya cidera.

Untuk menghasilkan chuki yang berkualitas/sempurna sehingga mendapatkan nilai ippon, atlet harus memahami secara benar atemi no go yoso. Memahami disini tidak bisa dilakukan hanya dengan meninjau, dan melogikanya ke dalam ilmu pasti, tetapi juga dengan latihan rutin, agar tubuh terbiasa dan nantinya dapat dengan serempak melakukan ke 5 prinsip tersebut dalam satu momen pukulan. Alternatif latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dengan menggunakan hukum Newton, beberapa latihan yang mungkin dilakukan diantaranya:
a.       lari dan lompat–lompat untuk ketahanan fisik dalam randori itu sendiri, sedang untuk melatih kekuatan tangan/pukulan dilakukan latihan beban ( bisa juga menarik tali/karet yang diikatkan pada tali, secara teratur dengan gerakan memukul ke depan dengan posisi tali/karet yang menegang; dipantheng istilah jawa). Latihan ini memanfaatkan hokum III Newton, aksi reaksi. Makin besar gaya tari kedepan, makin besar pula gaya kembali tali kebelakang.
b.      Latihan kecepatan pukulan, dengan metode waktu (pada waktu tertentu, atlet melakukan pukulan sebanyak banyaknya, pada set atau latihan selanjutnya waktu tetap namun banyaknya pukulan harus bertambah)
c.       Latihan refleks, selain yang berperan adalah kecepatan/hukum II Newton, hukum I, dan III pun juga digunakan. Contohnya: dalam posisi diam, atlet dilempari bola, oleh rekan latihannya. Atlet dilarang bergeser/berpindah dari posisinya semula. Bagian tubuh yang boleh bergerak hanya perut ke atas. Latihan refleks juga dapat dilakukan berpasangan. Atlet A melakukan chuki ke arah muka, dan atlet B berusaha secepat kilat menghindari pukulan lawan dan membalasnya dengan pukulan pula.
d.      Latihan Ketepatan, ketepatan dalam chuki memegang peranan penting. Selain harus mengenai titik kelemahan, chuki juga harus dihasilkan pada sudut yang sesuai. Latihan yang dapat diberkian untuk melatih ketepatan, adalah dengan menggunaan target latihan. Rekan atlet menggerakkan kotak target ke kanan dan ke kiri, secara cepat. Atlet harus bisa melancarkan pukulan ke arah kotak target tersebut.
e.       Latihan mental, dilakukan dengan berbagai cara. Untuk melatih konsentrasi berbagai latihan dapat dilakukan atlet, latihan pernapasan dengan menarik nafas ketika akan melakukan serangan, menyimpan di perut dan menghembuskannya ketika melancarkan pukulan, disertai teriakan. Atau dengan semedi/yoga/dzikir untuk memfokuskan pikiran dan berlatih mengendalikan emosi.

C.  Penutup
Fisika memiliki banyak peran dan manfaat dalam kehidupan. Setiap orang hampir selalu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan fisika. Sayangnya stigma yang terbentuk dalam masyarakat selama ini hanya memandang fisika sebagai fisika. Fisika sebagai ilmu yang sulit dipelajari, menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar orang.

Di sisi lain, olahraga khususnya beladiri, juga acapkali dipandang hanya olahraga, atau hanya beladiri. Padahal di dalam olahraga itu sendiri terkandung banyak hal, terkait juga ilmu alam, mental dan pembentukan watak dan kepribadian, serta religiusitas

Untuk menghasilkan pukulan yang berkualitas, seseorang harus menguasai prinsip prinsip dalam melakukan serangan. Latihan rutin dan terus menerus adalah solusi untuk mendapatkan hasil maksimal tersebut.

Dalam permasalahan ini, atlet sebagai orang orang yang memiliki kemauan kuat untuk meraih prestasi dan mengharumkan nama bangsa, ataupun para pembelajar bidang fisika, calon calon fisikawan, hendaknya tidak hanya mendengar pelatih/ guru/ dosen dan melakukan apa yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi juga melakukan eksplorasi dan pengkajian lebih dalam untuk  memantapkan bidang keilmuan yang digeluti.

Daftar Pustaka
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga
PB Perkemi Pusat.1990. Buku Pelajaran Kyu III. Jakarta: perkemi press







sejarah:


PERKEMBANGAN SINGKAT KERAJAAN KERAJAAN KUNO DI INDONESIA
            Kerajaan Kutai Martadipura yang berdiri di Muara Kaman, Kalimantan Timur dan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat pada abad V, membawa pengaruh yang cukup besar dan membawa corak pada kebudayaan, agama, dan kehipan social di Indonesia. Kerajaan Kutai Martadipura dengan raja pertamanya Aswawarman, berbeda dengan kerajaan Kutai Kartanagara (Kasultanan Kutai Kartanagara), yang beribukota di Tanjung Lante. Sedangkan Kerajaan Tarumanegara /Taruma dengan rajanya yang terkenal Purnawarman adalah kerajaan Hindhu beraliran wisnu yang merupakan kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Perihal kerajaan Tarumanegara tertuang jelas pada naskah Wangsakerta, disamping peninggalan lain seperti prasasti- prasasti (prasasti kebun kopi, tugu, cidanghiyang, ciaruteun, muara cianten, jambu, dan pasir awi).
            Setelahnya, di abad VII, muncullah Kerajaan Budha Sriwijaya yang terletak di Sumatera. Kerajaan ini memiliki tiga zona utama yang meliputi Palembang, Sungai Musi, dan Muara Saingan. Karena ketangguhan armada, kemakmuran, dan kemajuan nya baik di bidang kebudayaan maupun perdagangan, Kerajaan ini kemudian memegang peranan penting di kawasan Asia Tenggara. Ini dibuktikan di abad XII, wilayah imperiumnya tak hanya meliputi sumatera, melainkan juga drilanka, semenanjung melayu, jawa barat, sulawesi, Kalimantan, dan philipina. Puncak kejayaannya di bawah Raja Balaputra , kemudian mengalami kemunduran hingga posisinya sebagai kerajaan besar di Indonesia digantikan oleh kerajaan Hindu Majapahit di Jawa Timur, pada abad XIV.
            Kerajaan Majapahit saat ini banyak dijadikan rujukan sebagai contoh gemilang Indonesia di masa lalu. Semboyan Negara Indonesia pun berasal dari kitab Sutasoma karangan Empu Tantular yang merefleksikan perdamaian dan toleransi agama Hindu dan Budha pada masa itu. Kerajaan yang mengalami keemasan di bawah tampuk kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dengan patihnya Gajahmada ini, sayangnya harus runtuh pada permulaan abad XVI akibat permasalahan internal (Perang saudara ‘paregreg’ pada 1405-1406 ; Kisruh pergantian raja, pertengkaran pada 1450 ; dan pemberontakan besar oleh para bangsawan pada tahun 1468).
            Selain kerajaan- kerajaan diatas, muncul juga kerajaan- kerajaan kecil lainnya di kawasan Jawa Tengah diantaranya kerajaan Kalingga, Kerajaan Medang oleh dinasti Sanjaya, dan dinasti Syailendra (dengan mahakarya luar biasa yang dibangun dengan semangat keagamaan dan gotong royong, Candi Borobudur). Sedangkan di kawasan Jawa Timur, berkembang kerajaan Singasari, Kediri, Darmawangsa, Airlangga, dan Kerajaan Medang dibawah dinasti Isyana.

PERKEMBANGAN KERAJAAN –KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
            Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia dengan rajanya Sultan Malik Al Saleh, digantikan posisinya oleh Aceh pada abad XIV, setelah ditaklukkan oleh Portugis. Sultan Iskandar Muda adalah sultan yang paling terkenal dalam sejarah Aceh.
            Sedangkan di jawa, lahir kerajaan kerajaan islam seperti Demak, yang awalnya berada di bawah kekuasaan Majapahit, lantas melepasan diri dan berhasil menjadi daerah strategis begi pelayaran laut jawa. Demak mencapai kejayaanya di bawah pemerintahan Trenggono, dan panglima Fatahillah, yang berhasil menguasai Banten dan Jayakarta. Fatahillah lantas menyerahkan Banten kepada Hassanudin, puteranya. Setelah Demak runtuh dan digantikan Pajang, kekuasaan kemudian beralih ke Matarm dan mencapai puncaknya dibawah kekuasaan Sultan Agung. Meski akhirnya mataram musti terbagi menjadi dua kawasan (susuhunan, surakarta dan kasultanan, yogyakarta).
            Di Maluku, terkenal empat kerajaan: Jailalo, Ternate, Bacan, dan Tidore  dengan sultan- sultannya yang terkenal, Raja Hairun dan Baabullah. Sementara di Goa tenar nama Sultan Hasanudin dengan sebutan “Ayam Jantan dari Timur”.  Para sultan dan raja ini, memiliki kesamaan pandangan, ideology, dan prinsip anti penjajahan, baik penjajahan Spanyol, Portugis, maupun Belanda.  Berbagai perlawanan dan pemberontakan dilakukan untuk melawan penjajahan. Hal ini jelas menggambarkan bahwa sejak awal, bahkan pada masa kerajaan kerajaan kuno sekalipun, bangsa Indonesia mencita citakan kemerdekaan.    

sekolah efektif




BAB I
PENDAHULUAN

1.1            LATAR BELAKANG
Salah satu masalah yang sangat serius dalam bidang pendidikan di tanah air kita saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Banyak pihak berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan pembangunan bangsa diberbagai bidang.
Menurut Karsidi (2001:1) yang dimaksud mutu dalam pendidikan adalah suatu keberhasilan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan memberikan kenikmatan bagi orang tua dan siswa sebagai pengguna jasa layanan pendidikan.
Rendahnya mutu pendidikan terkait dengan kebijakan yang dipakai oleh pemerintah dalam membangun pendidikan, yang selama ini lebih menekankan pada pendekatan input dan output. Pemerintah berkeyakinan bahwa dengan meningkatkan mutu input maka dengan sendirinya akan dapat meningkatkan mutu output. Dengan keyakinan tersebut , kebijakan dan upaya yang ditempuh pemerintah adalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan guru, menatar para guru dan menyediakan dana operasional pendidikan secara lebih memadai.
Kenyataan tersebut memberikan gambaran umum bahwa pendekatan input-output secara makro belum meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan. Pendekatan input-output yang bersifat makro tersebut kurang memperhatikan aspek yang bersifat mikro yaitu proses yang terjadi di sekolah. Dengan kata lain, dalam membangun pendidikan, selain memakai pendekatan makro juga memperhatikan pendekatan mikro yaitu dengan memberikan fokus secara luas pada institusi sekolah yang berkenaan dengan memberikan fokus secara luas pada institusi sekolah yang berkenaan dengan kondisi keseluruhan sekolah seperti budaya sekolah dan individu-individu yang terlibat di sekolah baik guru, siswa dan kepala sekolah serta peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu sama lain.
Sekolah efektif dapat dibentuk melalui manajemen dengan kepemimpinan visioner karena kepemimpinan ini berfokus pada masa depan. Hal tersebut merupakan suatu kondisi yang penting untuk terbentuknya iklim sekolah yang kondusif sehingga terwujud budaya sekolah yang mampu menghadapi berbagai tantangan.


1.2             RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan sekolah sebagai sebuah sistem?
2.      Apa pengertian sekolah efektif?
3.      Bagaimana konsep sekolah efektif?
4.      Bagaimana ciri-ciri dan karakteristik sekolah efektif?
5.      Apakah penjelasan dari kepemimpinan sekolah efektif?

1.3             TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Dapat menjelaskan sekolah sebagai sebuah sistem
2.      Mengetahui pengertian sekolah efektif
3.      Mengetahui konsep sekolah efektif
4.      Dapat menjelaskan ciri-ciri dan karakteristik sekolah efektif
5.      Dapat menjelaskan kepemimpinan sekolah efektif







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sekolah Sebagai Suatu Sistem
Sebagai sebuah sistem,sekolah memiliki komponen inti yang terdiri dari input,proses, dan output.Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan merupakan satu kesatuan yang utuh yang saling terkait , terikat , mempengaruhi , membutuhkan ,dan menentukan.Perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya.Input sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk terjadinya pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan.Input sekolah antara lain manusia(man), uang(money), material/bahan-bahan(materials), metode-metode(methods), dan mesin-mesin(mechine).
Manusia yang dibutuhkan sebagai masukan bagi proses pendidikan adalah siswa sebagai bahan utama atau bahan mentah(raw input).Untuk menghasilkan manusia yang seutuhnya diperlukan input manusia yang memiliki potensi untuk dididik, dilatih, dibimbing, dan dikembangkan menjadi manusia seutuhnya.Stakeholder atau orang-orang yang berkepentingan dengan sekolah seperti orng tua/wali, orang dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah memiliki hak dan kewajiban menciptakan system sekolah yang efektif.Input dapat dikategorikan menjadi dua yaitu input sumber daya yang meliputi sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah,guru, dan tenaga kependidikan serta sumber daya lainnya yang meliputi uang, peralatan, perlengkapan, bahan, bangunan, dan lain sebagainya. Sedangkan input manajemen atau kepemimipinan adalah input potensial bagi pembentukan system yang efektif dan efisien.Uang(money) merupakan masukan yang melancarkan pemrosesan raw input.Walaupun bukan yang paling essensial, tetapi jika tidak ada uang maka perwujudan manusia seutuhnya diragukan karena terkait dengan proses yang terganggu dikarenakan ditiadakannya banyak kegiatan.Kedudukan uang dalam input pendidikan sangat penting untuk membiayai semua progam yang telah ditetapkan.keuangan sekolah berasal dari pemerintah, masyarakat, dan orang tua./wali.Bahan-bahan (materials) adalah bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran di sekolah guna membentuk siswa seutuhnya. Bahan-bahan atau barang tersebut adalah berupa sarana dan prasarana, alat-alat pendidikan atau media, dan sumber pendidikan.Metode(methods) yaitu metode pembelajaran atau cara-cara teknik, dan strategi yang dikembangkan sekolah dalam melaksanakan  proses pendidikan.Sedangkan mesin-mesin(machine) adalah seperangkat yang mendukung terjadinya proses pembelajaran, seperti computer, radio, televise, atau media-media yang menggunakakn teknologi.Alat-alat ini digunakan sekolah baik sebagai daya dukung maupun sebagai objek untuk dipelajari.
Proses berlangsungnya sekolanh pada intinya adalah berlangsungnya pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara siswa dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian dai proses pembelajaran.Daya dukung tersebut adalah satu kesatuan aksi yang menciptakan sinergi proses belajar  mengajar yaitu:
a. Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan kelembagaan,pemotivasian staf, dan penyebaran inovasi.
b. Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.

Proses kepemimpinan yaitu menghasilkan keputusan kelembagaan yang terjadi sebagai keputusan partisipasif atau keputusan bersama antara kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa/wali murid, para ahli, dan orang-orang yang berkepentingan terhadap pendidikan(stakeholders).Kepala sekolah sebagai agent of change yang mampu memoivasi para stafnya agar terus bekerja dengan semangat dan menghasilkan karya yang berguna dan bermutu.Langkah lain yang penting dalam proses penyelenggaraan sekolah adalah memonitoring dan evaluasi  sebagai langkah untuk memperoleh kejelasan tentang output yang akan dicapai.Monitoring dilakukan sebagai upaya sekolah untuk mengetahui pelaksanaan proses,yang dapat dijadikan bahan evaluasi atau penilaian terhadap aspek-aspek yang terjadi dalam pelaksanaan program.Hasil evaluasi akan digunakan sebagai masukan bagi pengambilan keputusan sekolah.
Sekolah sebagai suatu system, seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin kepastiannya.output sekolah yaitu berupa kelulusan siswa.

2.2Pengertian Sekolah Efektif
Efektifitas menunjukkan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapakan. Efektivitas sekolah terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan, personal lainnya, siswa,kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dam masyarakatnya, pengelolaan bidang khusus lainnya, hasil nyatanya merujuk pada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan atau kemiripan antara hasil yang nyata dengan hasil yang diharapkan.Sekolah efektif dapat diartikan sebagai sekolah yang menunjukkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam menyelenggarakan proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil belajar yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya. Mutu pembelajaran dan hasil belajar yang memuaskan tersebut merupakan produk akumulatif dari seluruh layanan yang dilakukan sekolah dan pengaruh dari suasana/iklim yang kondusif yang diciptakan di sekolah.
Ada beberapa pandapat para ahli mengenai pengertian sekolah efektif ini,di antaranya:
1.      Komariah dan Triatna(2004:28) menyebut sekolah efektif sebagai sekolah yang menetapkan   keberhasilan pada input, proses, output, dan outcome yang ditandai dengan berkualitasnya komponen-komponen sisten tersebut.
Dengan demikian efektifitas sekolah bukan sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk mencapai sasaran,tetapi erat terkait dengan saratnya komponen-komponen sistem dengan mutu, yaitu pengembangan mutu sekolah.
2. Sergiovanni(1995:75) menyebut sekolah efektif dengan membandingkan antara sekolah efektif dengan sekolah sukses.Sekolah efektif dipahami sebagai sekolah yang kemampuan siswanya pada keterampilan dasar yang di ukur dengan tes kemampuan.Dimensi manjemen, pengajaran, dan kepemimpinan termasuk dalam model sekolah efektif.Sekolah sukses mempunyai kesan lebih komprehensif, ekspansif dan lebih knsisten dengan kualitas sekolah yang tinggi dimana kebanyakan orang Amerika, kaya dan miskin, pedesaan dan perkotaan, muda dan tua, menginginkan untuk anak-anak mereka(Goodlad,1983 dalam Sergiovanni,1995:77).
3. Allan A.Glatthron(1990:2-17),sekolah efektif adalah sekolah yang mempunyai beberapa karakteristik yaitu: adanya organizational leadership (Kepemimpinan Organisasi),curricullum leadership (Kepemimpinan Kurikulum), supervisory leadership(Pemimpin Sebagai Pengawas), dan mangement(Manajemen).
Dengan demikian, sekolah efektif adalah sekolah yang menunjukkan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai (achievment atau observed output)dengan hasil yang diharapkan (objectives, targets, intended output)sebagaiman telah ditetapkan dimana kemampuan siswanya pada keterampilan dasar yang diukur dengan tes kemampuan dan dalam proses penyelenggaraannya terdapat dimensi manajemen, pengajaran, dan kepemimpinan.

2.3       Konsep Sekolah Efektif

2.4   Ciri-Ciri Dan Karakteristik Sekolah Efektif

Tidak semua sekolah yang memiliki kelengkapan semua komponen sistem dikatakan efektif. Penekanan keefektifan sekolah adalah pada proses belajar yang berlangsung secara aktif atau ada keterlibatan berbagai pihak terutama siswa dan guru sebagai subjek belajar. Ada beberapa komponen penting yang turut menentukankeberhasilan sekolah efektif, yaitu pengaturan kelembagaan yang didasarkan pada prestasi dan kenyamanan staf, perhatian terhadap kebutuhan, aspirasi, dan karier staf, pengembangan budaya sekolah dan manajemen modern yang didasarkan pada share, care, dan fair.
     Ciri-ciri sekolah efektif ditentukan oleh adanya aspek-aspek yang diperlukan dalam menentukan keberhasilan sekolah sebagaimana tabel di bawah ini.



Tabel 1
Ciri-ciri Sekolah Efektif

Ciri-ciri
Indikator
Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan spesifik.
Tujuan sekolah :
·         Dinyatakan secara jelas.
·         Digunakan untuk mengambil keputusan.
·         Dipahami oleh guru, staf dan siswa.
Pelaksanaan kepemimpinan pendidikan yang kuat oleh kepala sekolah
Kepala sekolah :
·         Bisa dihubungi dengan mudah.
·         Bersikap responsif kepada guru dan siswa.
·         Responsif  kepada orang tua dan masyarakat.
·         Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus kepada pembelajaran.
·         Menjaga agar rasio antara guru/siswa sesuai dengan rasio ideal.
Ekspektasi guru dan staf  tinggi
Guru dan staf :
·         Yakin bahwa semua siswa bisa belajar dan berprestasi.
·         Menekankan pada hasil akademis.
·         Memandang guru sebagai penentu terpenting bagi keberhasilan siswa.

Ada kerjasama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat
Sekolah :
·         Komunikasi secara positif  dengan orang tua.
·         Memelihara jaringan serta dukungan orang tua dan masyarakat.
·         Berbagi tanggung jawab untuk menegakkan disiplin dan mempertahankan keberhasilan.
·         Menghadiri acara-acara penting di sekolah.

Adanya iklim yang positifdan kondusif bagi siswa untuk belajar
Sekolah :
·         Rapi, bersih dan aman secara fisik.
·         Dipelihara secara baik.
·         Memberi penghargaan kepada yang berprestasi.
·         Memberi penguatan terhadap perilaku positif siswa.
Siswa :
·         Menaati peraturan sekolah dan aturan pemerintah daerah.
·         Menjalankan tugas atau kewajiban tepat waktu.
Kemajuan siswa sering dimonitor
Guru member siswa :
·         Tugas yang tepat.
·         Umpan balik secara cepat/segera.
·         Kemampuan berpartisipasi di kelas secaraoptimal.
·         Penilaian hasil belajar dari berbagai segi.
Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktivitas esensial
Siswa :
·         Melakukan hal terbaik untuk mencapai hasil belajar yang optimal, baik yang bersifat akademis maupun non akademis.
·         Memperoleh keterampilan yang esensial.
Kepala sekolah
·         Menunjukkan komitmen dan mendukung program keterampilan esensial.
Guru :
·         Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang esensial.
Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan
Guru :
·         Membantu merumuskan dan melaksanakan tujuan pengembangan sekolah.
Staf :
·         Memperkuat dan mendukung kebijakan sekolah dan pemerintah daerah.
·         Menunjukkan profesionalisme dalam bekerja.
Diadopsi dari Tola & Furqon (2002:19 dalam Komariah & Triatna, 2004:39)

            Pam Sammors (Morely and Rasool, 1999 :13 dalam Komariah & Triatna, 2004 :39) menetapkan aspek sekolah efektif sekaligus dengan indikatornya seperti dalam tabel berikut :


Tabel 2
Karakteristik Sekolah Efektif Pam Sammors

Aspek
Indikator
Professional leadership
§  Firm and purposeful
§  A participate approach
§  The leading professional
Shared vision and goals
§  Unity of purpose
§  Consistency of practice
§  Collegiality and collaboration
A learning environment
§  An ordery atmosphere
§  An attractive working environment
§  Maximation of learning time
Learning
§  Academic emphasis
§  Focus on achievement
Purposeful teaching
§  High expectation all round
§  Communication expectations
§  Providing intellectual challenge
Positive reinforcement
§  Clear and fair discipline
§  Feedback
Monitoring progress
§  Monitoring pupil performance
§  Evaluating school performance
Pupil right and responsibility
§  Raising pupil self esteem
§  Position of responsibility
§  Control of work
Home/school partnership
§  Parental involvement in their childern’s learning
A learning organization
§  School based staff development
Diadopsi dari Morely & Rassool (1999:21)

            Berbveda dengan Pam Sammors, Bank Dunia (2000) mengidentifikasikan empat kelompok karakteristik sekolah efektif, yang ditinjau dari supporting inputs, enabling condition, school climate, dan teaching learning process.
a)      Supporting Inputs (input dukungan)
Karakteristik pertama ditinjau dari sudut input dukungan yaitu erangkat-perangkat yang turut menjelmakan sekolah efektif ditinjau dari dukungan terhadap sistem sekolah.
b)      Enabling Conditions (kondisi yang memungkinkan)
Yaitu kondisi yang membuat sekolah efektif itu mungkin akan terwujud dengan kondisi yang diciptakan oleh lingkungan atau sistem sekolah.
c)      School Climate (iklim sekolah)
Adalah indicator sekolah efektif yang menekankan pada keberadaan rasa menyenangkan dari suasana sekolah, bukan saja dari kondisi fisik, tetapi keseluruhan aspek internal organisasi.
d)      Teaching learning process (proses pengajaran guru)
Sekolah merupakan tempat belajar yang memberikan layanan pembelajaran yang bermutu melalui strategi pembelajaran yang bervariasi, penilaian yang kontinyu dengan follow up yang cepat dan tepat, mendorong partisipasi siswa dalam pembelajaran serta memperhatikan kehadiran siswa, pelaksanaan tugas-tugas siswa dan keberlanjutan tugas-tugasnya.



2.5  Kepemimpinan Sekolah Efektif
Kepemimpinan merupakan aspek penting dalam sistem sekolah. Kepemimpinan merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya sehingga keberadaan pemimpin bukan hanya sebagai simbol yang ada  atau tidaknya tidak menjadi masalah tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi. Terdapat 3 jenis kepemimpinan yang dipandang representatif bagi penyelenggaraan sekolah efektif, yaitu :
a.      Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahannya. Kepemimpinan transaksional lebih ditekankan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibatdalam aspek aspek prosedural manajerial